PEMERIKSAAN
FISIK THORAX (JANTUNG)
BAB
I
PENDAHULUAN
Latar
Belakang
Pemeriksaan
fisik merupakan peninjauan dari ujung rambut sampai ujung kaki pada
setiap system tubuh yang memberikan informasi objektif tentang klien
dan memungkinkan perawat untuk membuat penilaian klinis. Keakuratan
pemeriksaan fisik mempengaruhi pemilihan terapi yang diterima klien
dan penetuan respon terhadap terapi tersebut.(Potter dan Perry, 2005)
Pemeriksaan
fisik dalah pemeriksaan tubuh klien secara keseluruhan atau hanya
bagian tertentu yang dianggap perlu, untuk memperoleh data yang
sistematif dan komprehensif, memastikan/membuktikan hasil anamnesa,
menentukan masalah dan merencanakan tindakan keperawatan yang tepat
bagi klien. ( Dewi Sartika, 2010). Pada Makalah ini akan membahas
tentang Pemeriksaan
fisik pada thorax khusunya bagian jantung.
Tujuan
Untuk
mengetahui jenis pemeriksaan fisik pada jantung
Untuk
mengetahui prosedur pemeriksaan jantung
Untuk
mengetahui normal atau abnormal
Rumusan
Masalah
Apa yang dimaksud pemeriksaan fisik pada Thorax?
Apa saja jenis pemeriksaan fisik pada thorax?
Bagaimana langkah-langkah atau cara dalam pemeriksaan fisik pada
thorax
BAB II
PEMBAHASAN
Pengertian
Pemeriksaan dada adalah untuk
mendapatkan kesan dari bentuk dan fungsi dari dada dan organ di
dalamnya. Pemeriksaan dilaksanakan dengan cara
melihat (inspeksi), meraba (palpasi), mengetuk (perkusi) dan
mendengarkan (auskultasi)Umumnya pemeriksaan ini dilakukan secara
berurutan (inspeksi, palpasi, perkusi dan auskultasi).
Sebelum
kita melakukan pemeriksaan fisik, maka terlebih dahulu kita harus
melakukan komunikasi dokter(pemeriksa) dengan pasien (anamnesis).
Kegiatan ini penting sebagai awal dari pemeriksaan fisik dan dapat
membantu pemeriksa dalam mengarahkan diagnosis penyakit pada pasien.
Begitu pentingnya anamnesis ini, maka kadang-kadang belum kita
lakukan pemeriksaan fisik maka diagnosis sudah dapat diperkirakan.
Anatomi
Thorax
(Dada)
Dinding
dada merupakan bungkus untuk organ di dalamnya, yang terbesar adalah
jantung dan paru-paru. Tulang-tulang iga (kesta 1-12) bersama dengan
otot interkostal, serta diafragma pada bagian caudal membentuk rongga
thorax.
Pleura
parietals melapisi satu sisi dari thorax (kiri dan kanan). Sedangkan
pleura viseralis melapisi seluruh paru (kanan dan kiri). Antara
pleura parietals dengan viseralis ada tekanan negative (“menghisap”),
sehingga pleura parietals da viseralis erring bersinggungan. Ruangan
antara kedua pleura disebut rongga pleura. Bila ada hubungan antara
udara luar (tekanan 1 atm). Dengan rongga pleura, misalnya karena
luka tusuk, maka tekanan positif akan memasuki rongga pleura,
sehingga terjadi “open pneumo-thorax”. Tentu saja paru (bersama
pleura viseralis) akan kuncup (collaps).
Bila
karena suatu sebab, permukaan pleura viseralis robek, dan ada
hubungan antara bronchus dengan rongga pleura, sedangkan pleura
viseralis tetap utuh, maka udara akan masuk rongga pleura sehingga
juga dapat terjadi pnuemotorax. Apabila ada sesuatu mekanisme
“ventiel” sehingga udara dari bronchus masuk rongga pleura,
tetapi tidak dapat masuk kembali, maka akan terjadi peunomothorax
yang semakin berat yang pada akhirnya akan mendorong paru sebelahnya.
Keadaan ini dikenal sebagai “tension pneumothorax”. Apabila
terdapat perdarahan dalam rongga pleura, maka keadaan ini dikenal
sebagai hemothorax.
Cor
(Jantung)
Terletak
di rongga dada, di antara paru, disebut mediastinum. Bentuk
jantung kerucut, memiliki apeks, tepat di atas diafragma, sebelah
kiri garis tengah. Ujung jantung mengarah kebawah, depan, kiri.
Bagian kiri jantung di pisahkan dengan bagian kanan oleh sekat rongga
jantung. Dinding jantung mendapat vaskularisasi dari A. Coronar kiri
dan kanan. Jantung di bagi menjadi empat bagian : ventrikel kanan dan
kiri, atrium kanan dan kiri
Dinding jantung :
Keempat ruang jantung tersusun atas otot jantung
a. Myokardium
b. Endokardium
Jantung dibungkus membran pericardium yang terdiri dari 3 lapis
a. Perikardium
fibrosa
b. Perikardium
perietalis
c. Perikardium
viscerali
Prosedur
Pemeriksaan Thorax
(Dada)
Inspeksi
dada
Buka baju klien dan perlihatkan badan klien
sebatas pinggangnya
Atur posisi klien duduk dan berdiri
Beri penjelasan pada klien apa yang akan
dilakukan oleh pemeriksa dan anjurkan klien untuk tetap santai dan
rileks
Lakukan pengamatan bentuk dada dari 4 sisi, yaitu
Depan
: Perhatikan klavikula, sternum, dan tulang rusuk
Belakang
: perhatikan bentuk tulang belakang, kesimetrisan skapula
Sisi
kanan
Sisi
kiri klien
Inspeksi
bentuk dada secara keseluruhan untuk mengetahui kelainan bentuk dada
dan tentukan frekuensi respirasi
Amati
keadaan kulit dada, apakah terdapat retraksi interkostalis selama
bernapas, jaringan perut, atau kelainan lainnya.
Palpasi Dada
Ekspansi dada
Berdiri
di depan klien dan letakkan kedua telapak tangan secara datar pada
dinding dada klien
Anjurkan
klien untuk menarik napas
Rasakan
gerakan dinding dada dan bandingkan sisi kanan dan sisi kiri
Pemeriksa
berdiri di belakang klien, letakkan tangan pemeriksa disisi dada
lateral klien, perhatikan getaran kesamping sewaktu klien bernapas
Letakkan
kedua tangan pemeriksa di punggung klien-ibu jari diletakkan
sepanjang penonjolan spina setinggi iga ke-10 dengan telapak
menyentuh permukaan posterior. Jari-jari harus terletak kurang lebih
5 cm terpisah dengan titik ibu jari pada sepina dan jari lain ke
lateral
Setelah
Ekshalasi, minta klien untuk bernapas dalam, observasi gerakan ibu
jari pemariksa.
Bandingkan
gerakan kedua sisi dinding dada.
-
Teknik pemeriksaan
|
Kemungkinan temuan/ abnormal
|
Area nyeri tekan
|
Misalnya fraktur iga
|
Abdornalitas yang terlihat
|
Misalnya massa, saluran sinus
|
Ekspansi dada
|
Gangguan, kedua sisi pada PPOM dan penyakit parurestriktif
|
Taktil fremitus
|
Peningkatan atau penurunan local atau umum
|
Perkusi dada
aturkan
posisi klien supinasi/telentang
Untuk
perkusi paru anterior, perkusi dimulai dari atas klavikula kebawah
pada sepasium interkostalis dengan interval 4-5 cm mengikuti pola
sistematik.
Batas
paru dextra : Perkusi dimulai dari bawah clavicula sampai dengan ICS
5.
Untuk
menentukan batas paru sinistra: Mulai
bawah clavicula sampai dengan ICS 3.
Bandingkan
sisi kiri dan kanan
Anjurkan
posisi klien duduk atau berdiri
Untuk
perkusi paru posterior, lakukan perkusi mlai dari puncak paru
kebawah
Bandingkan
sisi kiri dan kanan
Instruksikan
klien untuk menarik napas panjang dan menahannya untuk
mendeterminasi gerak diafragma
Lakukan
perkusi sepanjang garis skapula sampai pada lokasi batas bawah
sampai resonan berubah menjadi redup
Tandai
area redupnya bunyi dengn pensil/spidol
Instruksikan
klien untuk menghembuskan napas secara maksimal dan menahannya
Lakukan
perkusi dari bunyi redup/tanda I ke atas. Biasanya bunyi redup ke-2
ditemukan diatas tanda I
Beri
tanda pada kulit tempat ditemukannya bunyi redup (tanda II)
Ukur
jarak antara tanda I dan tanda II. Pada wanita jarak antara kedua
tanda ini normalnya 3-5 cm, pada pria 5-6 cm
Prosedur Pemeriksaan Cor (Jantung)
Inspeksi dan palpasi
Posisikan
klien terlentang dengan pemeriksa berada disebelah kanan klien
Lokalisasi
tanda pada dada, pertama dengan memalpasi sudut louis atau sudut
sternal yang teraba, seperti suatu tonjolan datar memanjang pada
sternum kurang lebih 5 cm dibawah takik sentral
Gerakan
jari-jari sepanjang sudut pada masing-masing sisi sternum untuk
meraba iga kedua yang berdekatan
Palpasi
spasium interkostal ke-2 kanan untuk menentukan area aorta dan
spasium interkostalis ke-2 kiri untuk area pulmonal
Inspeksi
dan kemudian palpasi area aorta dan area pulmonal untuk mengetahui
ada/tidaknya pulsasi
Palpasi
spasium interkostalis ke-5 kiri untuk mengetahui area
trikuspidalis/ventrikular amati adanya pulsasi
Dari
area trikuspidalis, pindahkan tangan secara lateral 5-7 cm ke garis
midklavikula iri untuk menemukan area apical atau titik denyut
maksimal (Point of Maximal Impuls, PMI)
Inspeksi
dan palpasi area apical tersebut untuk mengetahui pulsasi
Untuk
mengetahui pulsasi aorta lakukan inspeksi dan palpasi pada area
epigastrik tepat dibawah ujung sternum.
-
Inpeksi palpasi jantung
|
Normal
|
Mencari iktus cordis
|
Denyutan dinding thorax karena pukulan ventrikel kiri pada
dinding thorax
|
Pembesaran jantung
|
Ictus cordis sampai ke linea axila anterior
|
Normal
|
di ICS V Linea Medio Clavikula Sinistra selebar 1 cm
|
-
Inspeksi palpasi jantung
|
Abormal
|
Letak impuls
|
Bergeser kekiri pada wanita hamil
|
Diameter
|
Peningkatan diameter amplitudo dan durasi pada dilatasi ventrikel
kiri karena gagal jantung kongestif atau kardiomiopati iskemik
|
Amplitudo—biasanya seperti ketukan
|
Terus menerus pada hipertrofi ventrikel kiri : menyebar pada
gagal jantung kongestif
|
Durasi
Raba :
impuls vertikel kanan pada parasternum kiri dan area epigastrik
Palpasi interkostal
kanan dan kiri dekat dengan sternum
|
Kuatnya impuls diduga pembesaran ventrikel kanan
Pulpasi pembuluh darah besar, S2 yang menonjol ; thril pada
stenosis aorta atau pulmonal
|
Perkusi
Buka
area dan beri tahu klien.
Lakukan
perkusi dari lateral kiri ke medial untuk mengetahui batas kiri
jantung.
Lakukan
perkusi dari sisi kanan ke kiri untuk mengetahui batas kanan
jantung.
Lakukan
perkusi dari atas kebawah untuk menentukan batas atas jantung.
Suara
redup menunjukan jantung dibawah area yang diperkusi
Auskultasi
Anjurkan
klien bernapas secara normal dan kemudian tahan napas saat ekspirasi
Dengarkan
suara jatung 1/S1 sambil palpasi nada karotis, perhatikan adanya
splitting
S1 ( bunyi S1 ganda yang terjadi dalam waktu yang sangat
berhimpitan)
Pada
awal sistole dengarkan secara seksama untuk mengetahui adanya bunyi
tambahan atau mur-mur S1
Pada
periode diastole dengarkan secara saksama untuk mengetahui adanya
bunyi tambahan atau murmur
Anjurkan
klien bernapas normal, dengarkan S2 secara saksama untuk mengetahui
adanya splitting
S2 saat inspirasi
Periksakan
frekuensi jantung, yaitu setelah kedua bunyi terdengar jelas seperti
“lub dup”, hitunglah setiap kombinasi S1 dan S2 sebagai 1 denyut
jantung. Hitunglah banyaknya denyut selama
1 menit. S3 atau galop ventrikuler terjadi tepat setelah S2 diakhiri
diastole ventrikuler.
kombinasi
S1, S2, S3 berbunyi ken-tuck-ky.
S4
atau gallop atrial terjadi tepat sebelum S1 atau systole
ventrikuler. Bunyi S4 sampai dengan bunyi “Tennessee”
-
Auskultasi
|
Normal
|
Bunyi Jantung
|
SI :
bunyi menutupnya katup aorta (A) dan katup pulmonalis (P), (Lup)
Normalnya SI (M&T) dan S2 (A&P) bunyi
tunggal, karena menutupnya katup M bersamaan dengan T dan A
bersamaan dengan P (dup)
S2 split
baik sat Insp – Eks, tanda spesifik ASD atau stenosis katup P.
BUNYI JANTUNG III (S3)
Didengar di daerah mitral
Terdengar sesudah S2 dengan jarak cukup jauh
namun tidak melewati separo pase diastol
Nada rendah lebih jelas dengan sisi bel
Pada anak-anak masih normal
|
Tempat mendengar
|
Bunyi Jantung untuk 4 katup :
o Katup
aorta : di ICS 2 linea sternalis kanan, disimak S2 – Aorta
o Katup
pulmonalis : di ICS 2 linea sternalis kiri, disimak S2 –
Pulmonalis
o Katup
trikuspidalis : di ICS 4 linea sternalis kiri, disimak BJ I – T
o Katup
mitral : di ICS 5 linea medio clavikularis kiri, disimak S1 -
Mitral
o Pada
orang dewasa/tua yang disertai gejala payah jantung : oedema,
dyspnea, S3 merupakan tanda yang cukup khas
o S3
pada dekomp cordis disebut irama pacu kuda
o
Irama pacu kuda timbul akibat
derasnya pengisian diastole dari atrium kiri ke ventrikel kiri
yang sudah membesar, darah jatuh ke ruang yg lebar kemudian
timbul getaran
BUNYI JANTUNG IV (S4)
Klinis : didapat klien kardiomiopati,
stenosis aorta, HT berat
Tidak terdengar pada orang dewasa.
|
Fase sistole dan diastole
|
Fase sistol : fase antara S1 dan S2
Fase diastol : fase antara S2 dan S1
Fase diastol > lama dari pada fase sistol
Dengarkan apakah didapat suara-suara tambahan
pada fase sistol atau diastol
Suara tambahan disebut bising jantung
|
-
Auskultasi jantung
|
Kelainan
|
Bising jantung/mur-mur
|
Adalah vibrasi / getaran yang terjadi di dalam
jantung atau pembuluh darah besar yang
diakibatkan oleh bertambahnya arus turbulensi
darah.
Arus darah normal adalh stream line.
Pada saat terdeteksi adanya murmur, perawat mengauskultasi area
katup mitral, trikuspid, dan pulmonal untuk mengetahui tempatnya
pada siklus jantung (waktu), tempat dimana bunyi dapat didengar
paling baik (lokasi), radiasi, kekerasan, nada dan kualitas.
Jika murmur terjadi antara S1 dan S2, makamurmur tersebut adalah
murmur sistolik. Jika murmur terjadi antara S2 dan S1 berikutnya,
maka murmur tersebut adalah murmur diastolic.
Lokasi murmur tidak selalu diatas katup.
Melalui pengalaman, perawat dapat
mempelajari dimana setiap jenis murmur paling baik dibagian apeks
jantung.
Untuk mengkaji radiasi perawar mendengarkan
adanya murmur di atas area selain di tempat murmur tersebut
paling baik terdengar. Murmur terkadang dapat didengar di leher
atau punggung.
Intensitas berkaitan dengan kecepatan darah yang mengalir
melewati jantung dan jumlah darah yang mengalami regurgitasi.Pada
murmur serius perawat dapat merasakan adanya dorongan atau
sensasi intermiten Yng dapat dipalpasi didaerah
auskultasi.Getaran adalah sensasi kontinu yang dapat dipalpasi
seperti dengkuran kucing. Intensitas dicatat dengan penilaian
sebagai berikut :
Nilai 1 = sangat sulit didengar
Nilai 2 = dapat didengar dengan cepat tetapi redup
Nilai 3 = kerasa, tanpa dorongan atau getaran
Nilai 4 = keras, dengan dorongan atau getaran
Nilai 5 = sangat keras dengan dorongan atau getaran; dapat
didengar dengan stetoskop yang hanya ditempelkan sebagian
Nilai 6 = lebh keras, dapat didengar tanpa stetoskop
Murmur dapat berupa nada rendah, sedang, atau
tinggi, bergantung pada kecepatan darah yang
mengalir melewati katup.Murmur bernada rendah
paling baik dengar dengan belstitoskop. Jika
murmur tersebut paling baik didengar dengan
diafragma, maka murmur tersebut bernada tinggi
|
Bila darah melewati celah sempit, terjadilah arus turbulensiBila
didengar mur mur harus dideskripsi :
Tempatnya :
Terjadinya pada
Derajatnya / grade
Tinggi rendahnya nada
.Kualitasnya
Bunyi jantung
|
·(M,
T, A, P ) dan penjalarannya/ atau tidak menjalar
·Pase
sistolik atau diastolik, atau continues mur mur
Hampir tak terdengar
Terdengar lemah
Agak keras
Keras
Sangat kerasSampai saat stetoskope diangkat
sedikit, masih terdengar keras
Merupakan gambaran sempit/tidaknya celah yang dilalui darah.
Makin sempit nada makin tinggi.
Cresindo :
Makin keras terdengar
Decresendo : Makin
melemah
Musikal :
cresindo – dekresindo
Jika S1&S2 intervalnya tidak teratur disebut disritmia.
|
Prosedur Pemeriksaan Payudara dan Ketiak
Inspeksi
Atur
posisi klien duduk menghadap kedepan, telanjang dada dengan kedua
lenngan rileks disisi tubuh
Lakukan
observasi sesuai garis imajiner yang membagi payudara menjadi 4
kuadran dan sebuah ekor
Inspeksi
ukuran, bentuk, dan kesimetrisannya
Inspeksi
warna kulit, lesi, edema, pembengkakan, massa, pendataran, lesung,
dll
Inspeksi
puting dan areola terhadap ukuran, warna dan bentuk, arah titik
puting, serta keluaran
Inspeksi
adanya retraksi dengan meminta klien melakukan 3 posisi :
Mengangkat
lengan keatas
Menekankan
tangan ke pinggang
Mengekstensikan
tangan lurus kedepan saat duduk
Inspeksi
ketiak dan klavikula untuk mengetahui adanya kemerahan,
pembengkakan, inveksi, pigmentasi
-
Teknik Pemeriksaan
|
Kemungkinan temuan
|
Inspeksi payudara dalam 4 posisi
Ukuran dan simetri
Kontur
Penampilan kulit
|
Perkembangan, asimetri
Pendataran
Edema (Peu d’ orange) dijumpai pada kanker pada kanker payudara
|
Inspeksi puting
Bandingkan ukuran untuk, dan arah putting
Perhatikan setiap ruam, ulkus, atau rabas puting
|
Infersi, retraksi, deviasi
Penyakit paget pada putting, galaktorea
|
Palpasi
Lakukan
palpasi disekeliling puting susu untuk mengetahui adanya keluaran
Palpasi
daerah klavikula dan ketiak terutama pada area limfe nodi
Palpasi
setiap payudara, untuk payudara yang berukuran besar terlebih dahulu
palpasi dengan cara menekan telapak tangan/3 jari tengah ke
permukaan payudara pada kuadran samping atas. Lakukan palpasi dengan
gerakan memutar terhadap dinding dada dari tepi menuju areola dan
memutar searah jarum jam
Palpasi
payudara sebelahnya
Catat
hasil pemeriksaan
Massa payudara yang dapat di palpasi
-
Usia
|
Lesi yang lazim ditemukan
|
karakteristik
|
15-25
|
Fibroadenoma
|
Biasanya lunak, bulat, dapat digerakkan tidak ada nyeri tekan
|
25-50
|
Kista
Perubahan Fibrokistik kanker
|
Biasanya lunak sampai keras, bulat dapat digerakkan sering nyeri
tekan.
Nodular, seperti jalinan tali tidak teratur berbentuk stelata,
keras, batasan tidak jelas dengan jaringan sekitar
|
50 atau lebih
|
Kanker sampai terbukti sebaliknya
|
Seperti di atas
|
Wanita hamil laktasi
|
Adenoma pada masa laktasi, kista, mastitis, dan kanker
|
Seperti di atas
|
Catatan Hasil normal pemeriksaan payudara
Payudara
umumnya melekat dari iga ketiga sampai iga keempat,
dengan puting setinggi celah
interkostal keempat. Salah satu payudara mungkin lebih kecil
daripada payudara satunya.
Payudara bervariasi dari bentuknya, mulai dari cembung, menggantung
atau bentuk kerucut.
Payudara berwarna seperti warna kulit disekitarnya, dan pola vena
secara bilateral serupa.
Warna aerola berkisar mulai dari merah muda sampai coklat. Pada
wanita berkulit terang aerola berubah menjadi coklat selama
kehamilan dan tetap gelap. Pada wanita berkulita gelap aerola
berwarna coklat sebelum kehamilan.
Puting sedikit tidak simetris adalah biasa. Kebanyakan mencuat
keluar payudara.
Putting berwarna sama dengan aerola.
Normalnya tidak terjadi pengeluaran, pengeluaran berwarna kuning
jernih setelah 2 hari kelahiran anak umum terjadi.
Kulit halus dan kering.
Pubertas : Kuncup payudara timbul, putting berwarna lebih gelap,
diameter aerola bertambah dan salah satu payudara mungkin tumbuh
lebih cepat.
Dewasa muda : payudara mencapai ukuran normal, bentuk biasanya
simetris, dan salah satu payudara mungkin berukuran besar.
Kehamilan : Payudara membesar 2 atau 3 kali ukuran normalnya,
putting membesar dan bias jadi ereksi, aerola menjadi lebih gelap,
vena supervisial payudara mmungkin menonjol, dan cairan kekuningan
(kolostrum) mmungkin keluar dari puting .
Monopause : payudara mengerut dan jaringannya menjadi lebih lunak
dan terkadang menjadi kendur.
Usia lanjut : Penyakit kista kronik menurun setelah monopause.
Jaringan lemak bertambah, jaringan glandular atrpopi, ligament
penyokong rilek, dan payudara tampak memanjang atau menggantung,
putting mengecil.
BAB III
PENUTUP
Simpulan
Pemeriksaan dada (Thorax) adalah untuk mendapatkan
kesan dari bentuk dan fungsi dari dada dan
organ di dalamnya. Pemeriksaan dilaksanakan dengan Inspeksi, palpasi,
perkusi, dan auskultasi. Pemeriksaan thorax meliputi : pemeriksaan
paru, jantung, payudara & ketiak, abdomen.
Saran
Dengan penyusunan makalah ini diharapkan mahasiswa-mahasiswi dapat
melakukan praktek pemeriksaan fisik sesuai prosedur yang sudah ada.
DAFTAR PUSTAKA
Syaifudin,Drs.H.(2006).Anatomi
Fisiologi untuk Mahasiswa Keperawatan.Penerbit
Buku Kedokteran EGC,Jakarta.
Kusyati, Eni.dkk.(2006). Keterampilan
dan Prosedur Laboratorium.Penerbit Buku
Kedokteran EGC, Jakarta.
Bicklei S, Lynn. (2008).Pemeriksaan
fisik & riwayat kesehatan Bates.
Penerbit Buku Kedokteran EGC, Jakarta.
Niluh Gede Yasmin Asih, S.kep dan Christantie
Effeendy, S.kep (2006). Keperawatan
Medikal Bedah Klien dengan Gangguan Sistem Pernapasan. Penerbit
Buku Kedokteran EGC, Jakarta.
MAKALAH PEMFIS (pemeriksaan fisik).
http://kampuspray.blogspot.com/2012/05/makalah-
pemfis-pemeriksaan-fisik.html