BLOGGER TEMPLATES Memes

Rabu, 19 Desember 2012

PEMERIKSAAN FISIK THORAX (JANTUNG)


PEMERIKSAAN FISIK THORAX (JANTUNG)

BAB I
PENDAHULUAN
  1. Latar Belakang
Pemeriksaan fisik merupakan peninjauan dari ujung rambut sampai ujung kaki pada setiap system tubuh yang memberikan informasi objektif tentang klien dan memungkinkan perawat untuk membuat penilaian klinis. Keakuratan pemeriksaan fisik mempengaruhi pemilihan terapi yang diterima klien dan penetuan respon terhadap terapi tersebut.(Potter dan Perry, 2005)
Pemeriksaan fisik dalah pemeriksaan tubuh klien secara keseluruhan atau hanya bagian tertentu yang dianggap perlu, untuk memperoleh data yang sistematif dan komprehensif, memastikan/membuktikan hasil anamnesa, menentukan masalah dan merencanakan tindakan keperawatan yang tepat bagi klien. ( Dewi Sartika, 2010). Pada Makalah ini akan membahas tentang Pemeriksaan fisik pada thorax khusunya bagian jantung.
  1. Tujuan
  1. Untuk mengetahui jenis pemeriksaan fisik pada jantung
  2. Untuk mengetahui prosedur pemeriksaan jantung
  3. Untuk mengetahui normal atau abnormal
  1. Rumusan Masalah
  1. Apa yang dimaksud pemeriksaan fisik pada Thorax?
  2. Apa saja jenis pemeriksaan fisik pada thorax?
  3. Bagaimana langkah-langkah atau cara dalam pemeriksaan fisik pada thorax
     
BAB II
PEMBAHASAN
  1. Pengertian
Pemeriksaan dada adalah untuk mendapatkan kesan dari bentuk dan fungsi dari dada dan organ di dalamnya. Pemeriksaan dilaksanakan dengan cara melihat (inspeksi), meraba (palpasi), mengetuk (perkusi) dan mendengarkan (auskultasi)Umumnya pemeriksaan ini dilakukan secara berurutan (inspeksi, palpasi, perkusi dan auskultasi).
Sebelum kita melakukan pemeriksaan fisik, maka terlebih dahulu kita harus melakukan komunikasi dokter(pemeriksa) dengan pasien (anamnesis). Kegiatan ini penting sebagai awal dari pemeriksaan fisik dan dapat membantu pemeriksa dalam mengarahkan diagnosis penyakit pada pasien. Begitu pentingnya anamnesis ini, maka kadang-kadang belum kita lakukan pemeriksaan fisik maka diagnosis sudah dapat diperkirakan.
  1. Anatomi
  1. Thorax (Dada)
Dinding dada merupakan bungkus untuk organ di dalamnya, yang terbesar adalah jantung dan paru-paru. Tulang-tulang iga (kesta 1-12) bersama dengan otot interkostal, serta diafragma pada bagian caudal membentuk rongga thorax.
Pleura parietals melapisi satu sisi dari thorax (kiri dan kanan). Sedangkan pleura viseralis melapisi seluruh paru (kanan dan kiri). Antara pleura parietals dengan viseralis ada tekanan negative (“menghisap”), sehingga pleura parietals da viseralis erring bersinggungan. Ruangan antara kedua pleura disebut rongga pleura. Bila ada hubungan antara udara luar (tekanan 1 atm). Dengan rongga pleura, misalnya karena luka tusuk, maka tekanan positif akan memasuki rongga pleura, sehingga terjadi “open pneumo-thorax”. Tentu saja paru (bersama pleura viseralis) akan kuncup (collaps).
Bila karena suatu sebab, permukaan pleura viseralis robek, dan ada hubungan antara bronchus dengan rongga pleura, sedangkan pleura viseralis tetap utuh, maka udara akan masuk rongga pleura sehingga juga dapat terjadi pnuemotorax. Apabila ada sesuatu mekanisme “ventiel” sehingga udara dari bronchus masuk rongga pleura, tetapi tidak dapat masuk kembali, maka akan terjadi peunomothorax yang semakin berat yang pada akhirnya akan mendorong paru sebelahnya. Keadaan ini dikenal sebagai “tension pneumothorax”. Apabila terdapat perdarahan dalam rongga pleura, maka keadaan ini dikenal sebagai hemothorax.


  1. Cor (Jantung)
Terletak di rongga dada, di antara paru, disebut mediastinum. Bentuk jantung kerucut, memiliki apeks, tepat di atas diafragma, sebelah kiri garis tengah. Ujung jantung mengarah kebawah, depan, kiri. Bagian kiri jantung di pisahkan dengan bagian kanan oleh sekat rongga jantung. Dinding jantung mendapat vaskularisasi dari A. Coronar kiri dan kanan. Jantung di bagi menjadi empat bagian : ventrikel kanan dan kiri, atrium kanan dan kiri
Dinding jantung :
Keempat ruang jantung tersusun atas otot jantung
a. Myokardium
b. Endokardium
Jantung dibungkus membran pericardium yang terdiri dari 3 lapis
a. Perikardium fibrosa
b. Perikardium perietalis
c. Perikardium viscerali
  1. Prosedur Pemeriksaan Thorax (Dada)
Inspeksi dada
  1. Buka baju klien dan perlihatkan badan klien sebatas pinggangnya
  2. Atur posisi klien duduk dan berdiri
  3. Beri penjelasan pada klien apa yang akan dilakukan oleh pemeriksa dan anjurkan klien untuk tetap santai dan rileks
  4. Lakukan pengamatan bentuk dada dari 4 sisi, yaitu
  1. Depan : Perhatikan klavikula, sternum, dan tulang rusuk
  2. Belakang : perhatikan bentuk tulang belakang, kesimetrisan skapula
  3. Sisi kanan
  4. Sisi kiri klien
  1. Inspeksi bentuk dada secara keseluruhan untuk mengetahui kelainan bentuk dada dan tentukan frekuensi respirasi
  2. Amati keadaan kulit dada, apakah terdapat retraksi interkostalis selama bernapas, jaringan perut, atau kelainan lainnya.
Palpasi Dada
Ekspansi dada
  1. Berdiri di depan klien dan letakkan kedua telapak tangan secara datar pada dinding dada klien
  2. Anjurkan klien untuk menarik napas
  3. Rasakan gerakan dinding dada dan bandingkan sisi kanan dan sisi kiri
  4. Pemeriksa berdiri di belakang klien, letakkan tangan pemeriksa disisi dada lateral klien, perhatikan getaran kesamping sewaktu klien bernapas
  5. Letakkan kedua tangan pemeriksa di punggung klien-ibu jari diletakkan sepanjang penonjolan spina setinggi iga ke-10 dengan telapak menyentuh permukaan posterior. Jari-jari harus terletak kurang lebih 5 cm terpisah dengan titik ibu jari pada sepina dan jari lain ke lateral
  6. Setelah Ekshalasi, minta klien untuk bernapas dalam, observasi gerakan ibu jari pemariksa.
  7. Bandingkan gerakan kedua sisi dinding dada.
Teknik pemeriksaan
Kemungkinan temuan/ abnormal
Area nyeri tekan
Misalnya fraktur iga
Abdornalitas yang terlihat
Misalnya massa, saluran sinus
Ekspansi dada
Gangguan, kedua sisi pada PPOM dan penyakit parurestriktif
Taktil fremitus
Peningkatan atau penurunan local atau umum
Perkusi dada
  1. aturkan posisi klien supinasi/telentang
  2. Untuk perkusi paru anterior, perkusi dimulai dari atas klavikula kebawah pada sepasium interkostalis dengan interval 4-5 cm mengikuti pola sistematik.
  3. Batas paru dextra : Perkusi dimulai dari bawah clavicula sampai dengan ICS 5.
  4. Untuk menentukan batas paru sinistra: Mulai bawah clavicula sampai dengan ICS 3.
  5. Bandingkan sisi kiri dan kanan
  6. Anjurkan posisi klien duduk atau berdiri
  7. Untuk perkusi paru posterior, lakukan perkusi mlai dari puncak paru kebawah
  8. Bandingkan sisi kiri dan kanan
  9. Instruksikan klien untuk menarik napas panjang dan menahannya untuk mendeterminasi gerak diafragma
  10. Lakukan perkusi sepanjang garis skapula sampai pada lokasi batas bawah sampai resonan berubah menjadi redup
  11. Tandai area redupnya bunyi dengn pensil/spidol
  12. Instruksikan klien untuk menghembuskan napas secara maksimal dan menahannya
  13. Lakukan perkusi dari bunyi redup/tanda I ke atas. Biasanya bunyi redup ke-2 ditemukan diatas tanda I
  14. Beri tanda pada kulit tempat ditemukannya bunyi redup (tanda II)
  15. Ukur jarak antara tanda I dan tanda II. Pada wanita jarak antara kedua tanda ini normalnya 3-5 cm, pada pria 5-6 cm
  1. Prosedur Pemeriksaan Cor (Jantung)
Inspeksi dan palpasi
  1. Posisikan klien terlentang dengan pemeriksa berada disebelah kanan klien
  2. Lokalisasi tanda pada dada, pertama dengan memalpasi sudut louis atau sudut sternal yang teraba, seperti suatu tonjolan datar memanjang pada sternum kurang lebih 5 cm dibawah takik sentral
  3. Gerakan jari-jari sepanjang sudut pada masing-masing sisi sternum untuk meraba iga kedua yang berdekatan
  4. Palpasi spasium interkostal ke-2 kanan untuk menentukan area aorta dan spasium interkostalis ke-2 kiri untuk area pulmonal
  5. Inspeksi dan kemudian palpasi area aorta dan area pulmonal untuk mengetahui ada/tidaknya pulsasi
  6. Palpasi spasium interkostalis ke-5 kiri untuk mengetahui area trikuspidalis/ventrikular amati adanya pulsasi
  7. Dari area trikuspidalis, pindahkan tangan secara lateral 5-7 cm ke garis midklavikula iri untuk menemukan area apical atau titik denyut maksimal (Point of Maximal Impuls, PMI)
  8. Inspeksi dan palpasi area apical tersebut untuk mengetahui pulsasi
  9. Untuk mengetahui pulsasi aorta lakukan inspeksi dan palpasi pada area epigastrik tepat dibawah ujung sternum.
Inpeksi palpasi jantung
Normal
Mencari iktus cordis
Denyutan dinding thorax karena pukulan ventrikel kiri pada dinding thorax
Pembesaran jantung

Ictus cordis sampai ke linea axila anterior
Normal

di ICS V Linea Medio Clavikula Sinistra selebar 1 cm


Inspeksi palpasi jantung
Abormal
Letak impuls
Bergeser kekiri pada wanita hamil
Diameter
Peningkatan diameter amplitudo dan durasi pada dilatasi ventrikel kiri karena gagal jantung kongestif atau kardiomiopati iskemik
Amplitudo—biasanya seperti ketukan
Terus menerus pada hipertrofi ventrikel kiri : menyebar pada gagal jantung kongestif
Durasi
Raba : impuls vertikel kanan pada parasternum kiri dan area epigastrik
Palpasi interkostal kanan dan kiri dekat dengan sternum

Kuatnya impuls diduga pembesaran ventrikel kanan


Pulpasi pembuluh darah besar, S2 yang menonjol ; thril pada stenosis aorta atau pulmonal


Perkusi
  1. Buka area dan beri tahu klien.
  2. Lakukan perkusi dari lateral kiri ke medial untuk mengetahui batas kiri jantung.
  3. Lakukan perkusi dari sisi kanan ke kiri untuk mengetahui batas kanan jantung.
  4. Lakukan perkusi dari atas kebawah untuk menentukan batas atas jantung.
  5. Suara redup menunjukan jantung dibawah area yang diperkusi


Auskultasi
  1. Anjurkan klien bernapas secara normal dan kemudian tahan napas saat ekspirasi
  2. Dengarkan suara jatung 1/S1 sambil palpasi nada karotis, perhatikan adanya splitting S1 ( bunyi S1 ganda yang terjadi dalam waktu yang sangat berhimpitan)
  3. Pada awal sistole dengarkan secara seksama untuk mengetahui adanya bunyi tambahan atau mur-mur S1
  4. Pada periode diastole dengarkan secara saksama untuk mengetahui adanya bunyi tambahan atau murmur
  5. Anjurkan klien bernapas normal, dengarkan S2 secara saksama untuk mengetahui adanya splitting S2 saat inspirasi
  6. Periksakan frekuensi jantung, yaitu setelah kedua bunyi terdengar jelas seperti “lub dup”, hitunglah setiap kombinasi S1 dan S2 sebagai 1 denyut jantung. Hitunglah banyaknya denyut selama 1 menit. S3 atau galop ventrikuler terjadi tepat setelah S2 diakhiri diastole ventrikuler.
  1. kombinasi S1, S2, S3 berbunyi ken-tuck-ky.
  2. S4 atau gallop atrial terjadi tepat sebelum S1 atau systole ventrikuler. Bunyi S4 sampai dengan bunyi “Tennessee”
Auskultasi
Normal
Bunyi Jantung

  • SI : bunyi menutupnya katup aorta (A) dan katup pulmonalis (P), (Lup)
  • Normalnya SI (M&T) dan S2 (A&P) bunyi tunggal, karena menutupnya katup M bersamaan dengan T dan A bersamaan dengan P (dup)
  • S2 split baik sat Insp – Eks, tanda spesifik ASD atau stenosis katup P.
BUNYI JANTUNG III (S3)
  • Didengar di daerah mitral
  • Terdengar sesudah S2 dengan jarak cukup jauh namun tidak melewati separo pase diastol
  • Nada rendah lebih jelas dengan sisi bel
  • Pada anak-anak masih normal
Tempat mendengar

Bunyi Jantung untuk 4 katup :
o Katup aorta : di ICS 2 linea sternalis kanan, disimak S2 – Aorta
o Katup pulmonalis : di ICS 2 linea sternalis kiri, disimak S2 – Pulmonalis
o Katup trikuspidalis : di ICS 4 linea sternalis kiri, disimak BJ I – T
o Katup mitral : di ICS 5 linea medio clavikularis kiri, disimak S1 - Mitral
o Pada orang dewasa/tua yang disertai gejala payah jantung : oedema, dyspnea, S3 merupakan tanda yang cukup khas
o S3 pada dekomp cordis disebut irama pacu kuda
o Irama pacu kuda timbul akibat derasnya pengisian diastole dari atrium kiri ke ventrikel kiri yang sudah membesar, darah jatuh ke ruang yg lebar kemudian timbul getaran
BUNYI JANTUNG IV (S4)
  • Adalah bunyi berfrekwensi rendah yang terdengar tepat sebelum S1
  • Paling baik dengan stetoskop bel
  • Akibat berkurangnya kelenturan ventrikel atau bertambahnya volume pengisian
  • Adalah bunyi diastolik yg terjadi selama fase pengisian akhir diastolik
  • Klinis : didapat klien kardiomiopati, stenosis aorta, HT berat
  • Tidak terdengar pada orang dewasa.

Fase sistole dan diastole

  • Fase sistol : fase antara S1 dan S2
  • Fase diastol : fase antara S2 dan S1
  • Fase diastol > lama dari pada fase sistol
  • Dengarkan apakah didapat suara-suara tambahan pada fase sistol atau diastol
  • Suara tambahan disebut bising jantung


Auskultasi jantung
Kelainan
Bising jantung/mur-mur

Adalah vibrasi / getaran yang terjadi di dalam
jantung atau pembuluh darah besar yang
diakibatkan oleh bertambahnya arus turbulensi
darah.
Arus darah normal adalh stream line.
Pada saat terdeteksi adanya murmur, perawat mengauskultasi area katup mitral, trikuspid, dan pulmonal untuk mengetahui tempatnya pada siklus jantung (waktu), tempat dimana bunyi dapat didengar paling baik (lokasi), radiasi, kekerasan, nada dan kualitas.
Jika murmur terjadi antara S1 dan S2, makamurmur tersebut adalah murmur sistolik. Jika murmur terjadi antara S2 dan S1 berikutnya, maka murmur tersebut adalah murmur diastolic.
Lokasi murmur tidak selalu diatas katup. Melalui pengalaman, perawat dapat mempelajari dimana setiap jenis murmur paling baik dibagian apeks jantung.
Untuk mengkaji radiasi perawar mendengarkan adanya murmur di atas area selain di tempat murmur tersebut paling baik terdengar. Murmur terkadang dapat didengar di leher atau punggung.
Intensitas berkaitan dengan kecepatan darah yang mengalir melewati jantung dan jumlah darah yang mengalami regurgitasi.Pada murmur serius perawat dapat merasakan adanya dorongan atau sensasi intermiten Yng dapat dipalpasi didaerah auskultasi.Getaran adalah sensasi kontinu yang dapat dipalpasi seperti dengkuran kucing. Intensitas dicatat dengan penilaian sebagai berikut :
Nilai 1 = sangat sulit didengar
Nilai 2 = dapat didengar dengan cepat tetapi redup
Nilai 3 = kerasa, tanpa dorongan atau getaran
Nilai 4 = keras, dengan dorongan atau getaran
Nilai 5 = sangat keras dengan dorongan atau getaran; dapat didengar dengan stetoskop yang hanya ditempelkan sebagian
Nilai 6 = lebh keras, dapat didengar tanpa stetoskop
Murmur dapat berupa nada rendah, sedang, atau
tinggi, bergantung pada kecepatan darah yang
mengalir melewati katup.Murmur bernada rendah
paling baik dengar dengan belstitoskop. Jika
murmur tersebut paling baik didengar dengan
diafragma, maka murmur tersebut bernada tinggi
Bila darah melewati celah sempit, terjadilah arus turbulensiBila didengar mur mur harus dideskripsi :

Tempatnya :

Terjadinya pada

Derajatnya / grade








Tinggi rendahnya nada



.Kualitasnya
Bunyi jantung



·(M, T, A, P ) dan penjalarannya/ atau tidak menjalar
·Pase sistolik atau diastolik, atau continues mur mur
Hampir tak terdengar
Terdengar lemah
Agak keras
Keras
Sangat kerasSampai saat stetoskope diangkat sedikit, masih terdengar keras
Merupakan gambaran sempit/tidaknya celah yang dilalui darah. Makin sempit nada makin tinggi.
Cresindo : Makin keras terdengar
Decresendo : Makin melemah
Musikal : cresindo – dekresindo
Jika S1&S2 intervalnya tidak teratur disebut disritmia.

  1. Prosedur Pemeriksaan Payudara dan Ketiak
Inspeksi
  1. Atur posisi klien duduk menghadap kedepan, telanjang dada dengan kedua lenngan rileks disisi tubuh
  2. Lakukan observasi sesuai garis imajiner yang membagi payudara menjadi 4 kuadran dan sebuah ekor
  3. Inspeksi ukuran, bentuk, dan kesimetrisannya
  4. Inspeksi warna kulit, lesi, edema, pembengkakan, massa, pendataran, lesung, dll
  5. Inspeksi puting dan areola terhadap ukuran, warna dan bentuk, arah titik puting, serta keluaran
  6. Inspeksi adanya retraksi dengan meminta klien melakukan 3 posisi :
    1. Mengangkat lengan keatas
    2. Menekankan tangan ke pinggang
    3. Mengekstensikan tangan lurus kedepan saat duduk
  7. Inspeksi ketiak dan klavikula untuk mengetahui adanya kemerahan, pembengkakan, inveksi, pigmentasi
Teknik Pemeriksaan
Kemungkinan temuan
Inspeksi payudara dalam 4 posisi
Ukuran dan simetri
Kontur
Penampilan kulit


Perkembangan, asimetri
Pendataran
Edema (Peu d’ orange) dijumpai pada kanker pada kanker payudara
Inspeksi puting
Bandingkan ukuran untuk, dan arah putting
Perhatikan setiap ruam, ulkus, atau rabas puting

Infersi, retraksi, deviasi
Penyakit paget pada putting, galaktorea

Palpasi
  1. Lakukan palpasi disekeliling puting susu untuk mengetahui adanya keluaran
  2. Palpasi daerah klavikula dan ketiak terutama pada area limfe nodi
  3. Palpasi setiap payudara, untuk payudara yang berukuran besar terlebih dahulu palpasi dengan cara menekan telapak tangan/3 jari tengah ke permukaan payudara pada kuadran samping atas. Lakukan palpasi dengan gerakan memutar terhadap dinding dada dari tepi menuju areola dan memutar searah jarum jam
  4. Palpasi payudara sebelahnya
  5. Catat hasil pemeriksaan
Massa payudara yang dapat di palpasi
Usia
Lesi yang lazim ditemukan
karakteristik
15-25
Fibroadenoma
Biasanya lunak, bulat, dapat digerakkan tidak ada nyeri tekan
25-50
Kista



Perubahan Fibrokistik kanker
Biasanya lunak sampai keras, bulat dapat digerakkan sering nyeri tekan.
Nodular, seperti jalinan tali tidak teratur berbentuk stelata, keras, batasan tidak jelas dengan jaringan sekitar
50 atau lebih
Kanker sampai terbukti sebaliknya
Seperti di atas
Wanita hamil laktasi
Adenoma pada masa laktasi, kista, mastitis, dan kanker
Seperti di atas

Catatan Hasil normal pemeriksaan payudara
  1. Payudara umumnya melekat dari iga ketiga sampai iga keempat, dengan puting setinggi celah interkostal keempat. Salah satu payudara mungkin lebih kecil daripada payudara satunya.
  2. Payudara bervariasi dari bentuknya, mulai dari cembung, menggantung atau bentuk kerucut.
  3. Payudara berwarna seperti warna kulit disekitarnya, dan pola vena secara bilateral serupa.
  4. Warna aerola berkisar mulai dari merah muda sampai coklat. Pada wanita berkulit terang aerola berubah menjadi coklat selama kehamilan dan tetap gelap. Pada wanita berkulita gelap aerola berwarna coklat sebelum kehamilan.
  5. Puting sedikit tidak simetris adalah biasa. Kebanyakan mencuat keluar payudara.
  6. Putting berwarna sama dengan aerola.
  7. Normalnya tidak terjadi pengeluaran, pengeluaran berwarna kuning jernih setelah 2 hari kelahiran anak umum terjadi.
  8. Kulit halus dan kering.
  9. Pubertas : Kuncup payudara timbul, putting berwarna lebih gelap, diameter aerola bertambah dan salah satu payudara mungkin tumbuh lebih cepat.
  10. Dewasa muda : payudara mencapai ukuran normal, bentuk biasanya simetris, dan salah satu payudara mungkin berukuran besar.
  11. Kehamilan : Payudara membesar 2 atau 3 kali ukuran normalnya, putting membesar dan bias jadi ereksi, aerola menjadi lebih gelap, vena supervisial payudara mmungkin menonjol, dan cairan kekuningan (kolostrum) mmungkin keluar dari puting .
  12. Monopause : payudara mengerut dan jaringannya menjadi lebih lunak dan terkadang menjadi kendur.
  13. Usia lanjut : Penyakit kista kronik menurun setelah monopause. Jaringan lemak bertambah, jaringan glandular atrpopi, ligament penyokong rilek, dan payudara tampak memanjang atau menggantung, putting mengecil.
BAB III
PENUTUP

  1. Simpulan
Pemeriksaan dada (Thorax) adalah untuk mendapatkan kesan dari bentuk dan fungsi dari dada dan organ di dalamnya. Pemeriksaan dilaksanakan dengan Inspeksi, palpasi, perkusi, dan auskultasi. Pemeriksaan thorax meliputi : pemeriksaan paru, jantung, payudara & ketiak, abdomen.
  1. Saran
Dengan penyusunan makalah ini diharapkan mahasiswa-mahasiswi dapat melakukan praktek pemeriksaan fisik sesuai prosedur yang sudah ada.
 

DAFTAR PUSTAKA

Syaifudin,Drs.H.(2006).Anatomi Fisiologi untuk Mahasiswa Keperawatan.Penerbit Buku Kedokteran EGC,Jakarta.

Kusyati, Eni.dkk.(2006). Keterampilan dan Prosedur Laboratorium.Penerbit Buku Kedokteran EGC, Jakarta.

Bicklei S, Lynn. (2008).Pemeriksaan fisik & riwayat kesehatan Bates. Penerbit Buku Kedokteran EGC, Jakarta.

Niluh Gede Yasmin Asih, S.kep dan Christantie Effeendy, S.kep (2006). Keperawatan Medikal Bedah Klien dengan Gangguan Sistem Pernapasan. Penerbit Buku Kedokteran EGC, Jakarta.

Pemeriksaan Fisik Thorax . http://nursewenny.blogspot.com/p/face.html. Diunduh 17 Desember 2012 pukul 11.00 WIB


MAKALAH PEMFIS (pemeriksaan fisik). http://kampuspray.blogspot.com/2012/05/makalah- pemfis-pemeriksaan-fisik.html

0 komentar: